Media massa di tanah air akhir-akhir ini santer membicarakan tentang mobil listrik buatan Indonesia.
Beberapa diantaranya sering mengait-ngaitkan beritanya dengan sosok
menteri BUMN, Dahlan Iskan. Tidak bisa dipungkiri memang beliaulah yang
paling getol untuk mengangkat isu mengenai mobil ini. Tak main-main,
semangat itu dibuktikannya dengan menggandeng seorang pakar otomotif
kenamaan dari Yogya bernama Danet Suryatama sebagai. Dari kerjasama ini
baik desain konsep dan pembuatan, telah tercipta satu unit mobil sport
bertenaga listrik sekelas "Ferrari" yang diberi harga Rp 1,5 Miliar,
siap dikemudikan. Tak hayal, dari buah karya tersebut pak Dahlan sering
menghiasi halaman pertama tabloid maupun situs informasi
tentang dunia otomotif. Rencana awal memang kendaraan jenis ini akan
dijadikan proyek mobil nasional, akan tetapi sebelumnya perlu dilakukan
pengkajian terkait infrastruktur pendukung. Pengisian baterai yang
merupakan bahan bakar utama masih menjadi kendala serta prinsip dan cara
kerja (spesifikasi) mobil ini masih perlu diadakan sosialisasi kepada
masyarakat luas.
Meski demikian pangsa pasar mobil listrik buatan Indonesia sepertinya
kian terbuka lebar, baik itu di tanah air sendiri, Asia atau bahkan
Internasional. Sebenarnya sejak dari dulu desain serta konsep mobil
jenis ini telah dikembangkan oleh beberapa fihak. Selain didasari oleh
kebutuhan akan kendaraan masa depan yang berwawasan lingkungan, juga
sebagai jawaban atas semakin menipisnya kandungan minyak bumi sebagai
bahan baku bensin, pertamax, solar dll. Sehingga dibutuhkan alat transportasi
dengan bahan bakar alternatif. Untuk kedepan, nampaknya baterai sebagai
penyuplai tenaga utama masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera
diselesaikan. Karena selain saat ini masih mendatangkan dari luar negeri
dengan harga yang mahal, Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) adalah
infrastruktur yang tak kalah penting yang harus disiapkan terlebih
dahulu, layaknya SPBU sebagai tempat pengisian bahan bakar kendaraan
seperti saat ini.
Selain dua hal tersebut diatas, kendala lain yang akan muncul adalah mahalnya harga mobil listrik buatan Indonesia.
Bila merujuk dari tujuan awal yang akan diproyeksikan sebagai kendaraan
nasional, maka diperlukan kebijakan supaya tercipta sebuah harga yang
mampu menampung daya beli seluruh lapisan masyarakat. Jika baterai yang
masih impor dengan harga tinggi menjadi salah satu alasan, maka dengan
mendorong para ahli atau pengembang lokal yang kompeten dalam teknologi
tersebut, masalah ini dapat teratasi sehingga ke depan kita bisa
memproduksi baterai secara mandiri.
Di tempat lain, mobil “Ahmadi” yang di desain oleh Dasep Ahmadi pria
asal Depok, Jawa Barat dengan mengangkat konsep teknologi yang sama juga
telah siap meramaikan pasar otomotif nasional. Dahlan Iskan yang bisa
dibilang sebagai aktor utama mobil listrik buatan Indonesia
saat ini juga sempat menjajal kemampuan Ahmadi di jalan raya ibu kota.
Mengusung harga yang kompetitif bila disejajarkan mobil listrik
sekelasnya (200 hingga 300 Juta rupiah), Ahmadi memiliki spesifikasi
sebagai City Car yang mungil namun tangguh.
Mobil listrik buatan Indonesia
ini memakai baterai Lithium ion berjumlah 36 biji yang dipasang pada
bagian kabin penumpang belakang. Setiap baterai mempunyai kapasitas
hingga 21 kWh. Dasep menuturkan dengan spesifikasi baterai tersebut akan
sanggup membawa kendaraan berjalan mencapai 130 km. Dalam hal pengisian
ulang, lama waktu yang dibutuhkan untuk semua baterai adalah 4 sampai 5
jam sampai pada kondisi full di setiap baterainya. Pada suspensi bagian
depan varian Grand(G) dan Deluxe(L), mobil Ahmadi mengusung Mac Pherson
Struts with Coil Spring serta stabilizer. Untuk suspensi belakang
ketiganya memakai Trailing Arm dengan Coil Spring. Dalam hal berat,
mobil listrik Ahmadi mempunyai bobot 900 kg untuk tipe S. Sedangkan
untuk Grand (G) dan Deluxe (L) sama yaitu 900 kg. Dasep mengaku bahwa
harga jual mobil sangat dipengaruhi oleh budget produksi serta beberapa
komponen yang masih impor.